Minggu, 14 Juli 2013

My Secret Admirer ??

Posted by Unknown On 09.51
(Cerita 3:oleh Zakiah Dwi Junita)


“Reeeeeeyyyyy! Cepetaannnn!!!” teriak bang Ichal sambil mengetok pintu kamarku.

5 menit setelah teriakkan bang Ichal, aku keluar dari kamar soft-yellow ku. Membuka pintu dan mendapatkan bang Ichal sedang berdiri dengan seragam putih-abu yang dikeluarkan dan tas slempang andalannya. “Tuh kan, pasti bangunnya telat deh nih!” seru abangku sambil tersenyum jahil mengeluarkan lesung pipi di kanan kiri pipinya.
Setelah berpamitan dengan mama dan papa, aku dan bang Ichal pun pergi ke sekolah menggunakan Jazz Putih keluarga kami yang dikendarai sendiri oleh abang. Bang Ichal sekarang duduk di kelas duabelas SMA 3 sementara aku masih junior, kelas sepuluh, di SMA 4. Dari rumah ke SMA 4 hanya memerlukan waktu 15 menit dengan kendaraan pibadi.

“Udah sampai tuh. Ntar abang jemput jam dua ya.” Ucap bang Ichal. “Oke deh” sahutku sembari keluar dari Jazz putih dan melambaikan tangan.

Sesampainya di kelas X-4, yang kutemukan hanyalah beberapa gelintir siswa didalam kelas. Kulihat jam tangan digital-ku menunjukkan pukul 06.45am, “pantes sepi” gumanku dalam hati. Aku menuju tempat duduk-ku yang berada di bagian belakang, ketika aku akan duduk ternyata ada sebuah surat berwarna pink dengan pita-pita yang menghiasi surat itu.

“Surat lagiiiii????” kataku cukup keras sehingga beberapa siswa dikelas langsung melihat ke arahku. “hehehe, gapapa kok” ujarku setelahnya. “Loh Rey? Surat dari secret admirer itu lagi?” Tanya Dita, teman sebangku-ku yang tak kusadari telah berada disampingku, memecah kebingungan yang sedang kuhadapi. “Eh? Dit? Iya nih, aku males baca isi nya!” jawabku sambil memberikan surat tadi kepada Dita.

Teman SMA-ku memang memanggilku Rey, bukan Icha, karena Icha hayalah panggilan kecilku di dalam keluarga kami.

Seminggu terakhir ini aku memang sering mendapatkan surat-surat berisi puisi ataupun pujian-pujian dengan bahasa sastra yang sangat tinggi. Dan di akhir surat selalu tertuliskan “Your Secret Admirer”. Aku dan Dita menebak bahwa yang mengirimkan surat ini adalah kakak senior yang berada di jurusan Bahasa. Dari gaya bahasa yang digunakan didalam surat itu, dalam fikiranku, tidak mungkin anak Sains atau Social yang mengirimkannya.

Pernah pada suatu hari aku membalas suratnya dan ku letakkan di atas meja, memancing siapa tau dia datang mengambil surat balasan itu seusai pulang sekolah. Yang isinya “Kalo kamu benar secret admirer-ku, kamu pasti tau semua tentang aku!” Aku dan Dita bersembunyi di belakang kaca kelas dan menemukan Pak Sukri, tukang kebun sekolah, yang mengambil surat itu. Setelah itu aku tidak masuk ke sekolah dua hari karena masih shock jika Pak Sukri merupakan secret admirer tersebut. Tapi untungnya dugaanku terhadap Pak Sukri itu salah, aku mengetahuinya setelah membaca surat yang kesekian kalinya yang ada di mejaku.

Dita duduk disampingku membuka surat pink berpita itu dan membacanya dengan seksama. “Rey, coba baca deh, ini kayaknya surat balesan dari tantangan kamu itu. Gapake bahasa sastra kok” ucap Dita dengan menyodorkan surat itu padaku.

Dear, Raisha Mubarika …


Aku memang secret admirer yang tidak mengetahui apapun tentang orang yang dikaguminya. Tapi apa hanya karna itu-kah aku tidak pantas mengaku sebagai ‘secret admirer’ mu?

Ya. Aku memang tidak tau kalau Raisha Mubarika lahir pada 25 Juni 1995. Aku tidak tau bahwa nama Mubarika dibelakang nama-mu itu merupakan nama keluarga besarmu. Aku juga tidak tau jika di masa kecilnya kamu dipanggil Icha dan sampai sekarang kamu masih dinpanggil Icha oleh keluargamu, dan dipanggil Rey oleh teman-teman mu. Bahkan aku juga tidak tau bahwa kamu sangat menyukai Cartoon Spongebob sampai-sampai isi kamarmu yang berwarna soft-yellow dengan list putih itu dipenuhi dengan pernak pernik Spongebob. Rey yang tinggal bersama mama-papa dan abangnya, Ichal, di Jl. Diponegoro No. 225 pun aku tidak mengetahuinya.

Memang aku bukanlah seseorang yang pantas untuk mengagumimu karena aku tidak tau apapun tentang dirimu. Aku tak mengetahui bahwa Rey merupakan salah satu anggota ekskul Klise, ekskul yang telah Rey incar ketika masih berada di bangku kelas sembilan SMP 15.

Ada yang salah, Raisha Richellia Mubarika ? ;)


Sincerely,
Ur Secret Admirer

“Darimana dia tau semua tentangku?” tanyaku dalam hati. Aku terkejut serta bingung juga galau darimana dia mengetahui nama tengah dari Raisha R. Mubarika adalah Richellia. Sementara di sekolah pun seorang Raisha dikenal hanya dengan Raisha Mubarika. “Yah. aku ngaku sekarang kalo dia memang tau semua tentangku. Tapi yang aku heran, ini beneran admirer atau cuma mau neror sama surat-suratnya yang super geje gini sih? Apa dia mau mainin aku, nganggep remeh gitu?” tanyaku kembali dalam hati. Kulihat ke arah pintu kelas X-4 dan aku melihat mantan ketua OSIS, kak Ozzi sedang berdiri menghadap ke arah kelasku. Aku tersenyum dan dia pun membalas senyumku kemudian pergi berlalu.

“teeeetttt teeeeettttt” bel berbunyi tanda pelajaran pertama dimulai. Aku dan Dita yang memang sudah duduk di bangku sejak tadi hanya tinggal mengeluarkan buku pelajaran pertama, Matematika. Sementara anak-anak yang lain berlarian menuju meja masing-masing ketika Bu Sri masuk ke dalam ruangan kelas. Selama pelajaran berlangsung, fikiranku mengambang, memikirkan siapa sebenarnya orang yang telah ‘menganggu’ ketenangan hidupku seminggu terakhir ini. Sampai jam pelajaran telah berakhirpun aku tak menyadarinya. Dari pelajaran Matematika pertama sampai pelajaran Bahasa Inggris di jam terakhir, aku hanya melamun di dalam kelas. Fikiranku seakan melayang di udara menari-nari memikirkan sang admirer. Alhasil, aku hanya mendapatkan coret-coretan di setiap buku pelajaran hari ini.

“Udahlah Cha, gausah difikirin lagi. Lama-lama juga pasti bosen sendiri deh yakin” ujar Dita menenangkanku ketika kami sedang berjalan menuju gerbang sekolah. “Bukannya gitu Dit, aku cuma heran aja, ngakunya sih admirer, ntar kalo akunya diteror terus berakhir diculik gimana?” ujarku asal. “Ngaco!” kata Dita sambil mencubit halus pipiku.

Sesampainya di gerbang ternyata Dita telah dijemput oleh supir pribadinya, tadi Dita sempat menawariku untuk pulang bersama. Tetapi dikarenakan supir pribadiku -Bang Ichal- sudah berjanji akan menjemputku, aku akan setia menunggunya disini.
© © © © ©
Kulihat jam tangan ku menunjukkan angka 02.17pm dan bang Ichal belum juga menjemput. SMA 4 telah sepi karena memang jam pulang SMA ini adalah 01.50pm, berarti bang Ichal telah menyuruhku untuk menunggu hampir setengah jam! Yang tersisa di parkiran SMA 4 hanyalah Swift Hitam mantan ketua OSIS, Ozzi Pratama, kelas duabelas Sains yang tadi kulihat didepan kelasku. Aku memalingkan wajahku dari parkiran menuju ke jalan melihat siapa tau aku melihat Jazz Putih dari kejauhan.

02.25pm, “Bang Ichal nyebelin banget deh!” gumanku sambil menghentakkan kaki. “Mana akunya ga bawa hp lagi” tambahku. Ketika aku memutuskan untuk berjalan kaki ke jalan raya untuk menunggu taxi, ternyata Swift Hitam milik mantan ketua OSIS itu datang mendekatiku, dan … “Nebeng ga Rey?” Tanya kak Ozzi dari dalam mobil. “Eh? Rey, kak? Kakak tau nama Raisha?” tanyaku kebingungan. Wajar jika aku bingung. Aku tau kak Ozzi itu wajar, karena pada saat MOS, dia wajib kami ketahui sebagai ketua OSIS. Nah, aku? Aku adalah salah satu dari 210 anak di kelas sepuluh. Spesifiknya lagi adalah salah satu dari 30 anak di kelas X-4. Bagaimana dia bisa tau?

“Eh? Anu, a-aku tau aja. Kamu deket banget sama Dita kan? Dita itu tetangga aku. Wajar lah aku tau, kamu kan sering kerumahnya Dita ini.” Jawab kak Ozzi yang sepertinya salting. “Mau ikut ga nih?” Tanya kak Ozzi selanjutnya. “Oh, Iya deh kak. Boleh. Ngerepotin ga?” tanyaku basa-basi. “Ngerepotin sih, tapi daripada Rey sendirian ya gapapalah. Biar di cap senior yang baik gitu” jawab kak Ozzi sambil tertawa.

Tanpa ba-bi-bu lagi, aku segera membuka pintu mobil dan masuk. “Mimpi banget bagi gue bisa duduk disamping dan didalam mobil Kak Ozzi, salah satu cowo yang populer disekolahan. Besok bakal aku certain sama Dita ah” gumanku dalam hati. Kulihat kursi bagian tengah yang dipenuhi buku-buku sastra dan amplop berwarna warni yang berserakan. Fikiranku langsung melayang teringat akan orang yang mengaku admirer-ku. Tapi fikiran itu langsung ku tepis karena tidak mungkin cowo sepopuler dan semanis kak Ozzi jadi secret admirer-nya Raisha Richellia Mubarika! Kuberanikan diri bertanya pada kak Ozzi yang sedang focus menyetir “Kak, kakak anak Sains kan?” “Iya Rey, kenapa?” jawab kak Ozzi dengan tampang yang cool abis. “Emmm. Kok banyak buku sastra sih di mobil kakak?” tanyaku kembali. “Ohh, itu Rey, itu bukunya temen aku, Aldy, anak sebelas Bahasa. Dia tuh deket banget sama aku, biasanya juga nebeng terus karna kami ya emang tetanggaan. Makanya tuh buku-buku Sains sama Sastra nyampur dibelakang” jelas kak Ozzi panjang lebar. Aku pun hanya meng-Oooo-kan panjang. “Rey, kalo di luar lingkup sekolah jangan panggil kakak dong ya, Ozzi aja” aku dikejutkan dengan permintaan kak Ozzi langsung spontan merespon “Loh? Emang kenapa kak?”. “Tuh kan, kakak lagi. Biar keliatan lebih akrab aja gitu” pinta kak Ozzi. “Oh, iya deh kak, eh, Zi” ujarku canggung. Ozzi pun hanya tertawa.

Selama diperjalanan kami saling bercanda dan bercerita tentang diri kami masing-masing, dan “Nyampe Rey” Ozzi mengakhiri pembicaraan kami. Aku spontan terkejut dan bertanya dalam hati,Ozzi tau rumahku darimana? Perasaan daritadi aku ga ngasih alamat dan clue sama sekali dimana rumahku. “Eh? Iya Zi. Thanks berat ya tumpangannya” aku mengucapkan terimakasih masih dengan mimic muka terkejut-ku. Dan Ozzi hanya membalasnya dengan tersenyum kemudian Swift Hitam yang kutumpangi tadi belalu dari pandangan.

© © © © ©
Aku melangkahkan kaki ku masuk ke dalam rumah dengan fikiran yang masih tetap menerawang. “Assalamualaikum” kuucapkan salam dan membuka pintu. Aku disambut dengan muka yang saat ini sama sekali aku tak ingin melihatnya. “Bang Ichaaaaaalllllllll nyebeliiiiinnn” teriakku sambil memukul-mukul seorang cowo yang telah membuatku menunggu kurag lebih setengah jam di depan gerbang sekolah! “eh, eh, eh, kalem Cha kalem” bang Ichal mencoba menangkis seranganku. Setelah puas memukul abangku berkali-kali, dengan segera aku lari-lari kecil melewati ruang keluarga dan naik tangga menuju ke kamarku. Bang Ichal pun menyusulku dan menggodaku “Ciie, yang dianterin cowo nya”. “Cowo apaan! Senior tuh bang! Gara-gara abang nih nyebelin banget nyuruh Icha nungguin abang sampe lumutan di sekolah. Untung aja kakak senior Icha lewat.” Ujarku setengah berteriak. “Loh? Tadi kan udah abang sms kalo abang ga bisa jemput” bang Ichal kebingungan. “Hah? Icha ga bawa HP abaaaaaaaangggggg…” sahutku dengan suara manja yang dipaksa.

Aku masuk kedalam kamar dengan diikuti bang Ichal. Kulihat HP ku yang berada di meja kecil disebelah tempat tidurku. Benar saja, ada 7 missed call dan 5 new message. 3 kali missed call dan 4 new message dari bang Ichal dan yang lainnya dari private number juga 1 sms lain dari 0852111*****. Kubuka sms itu yang ternyata dari Ozzi yang barusan mengantarku pulang. Satu lagi kejanggalan, batinku.

“Kenapa dek?” Tanya bang Ichal. Berhubung aku telah menjadi kalem kembali, kuceritakan semua kejanggalan pada hari ini pada satu-satu ya saudara kandungku, mulai dari surat balasan, Ozzi, anak duabelas Sains yang mempunyai banyak buku sastra, Ozzi yang berdiri didepan kelas X-4 pagi-pagi, Ozzi yang tidak mau dipanggil ‘kak’ olehku, Ozzi yang tau nama & rumahku, sampai Ozzi yang mengetahui nomor handphone-ku!

“Loh? Kok dia bisa tau semua Cha?” Tanya bang Ichal setelahnya. Aku hanya menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepala.

© © © © ©
Aku yakin dalam hati bahwa Ozzi lah yang selama ini menjadi pengagum rahasia-ku. Secret admirer-ku tau semua tentangku. Dan Ozzi juga menunjukkan hal yang sama. Memang belum semua nya, tapi Ozzi tau siapa namaku, dimana rumahku, dan nomor HP ku. “Itu clue, kan?” tanyaku dalam hati dengan PD nya.

“Hari ini Icha dijemput Ozzi, bang” kataku pada bang Ichal ketika kmai sedang makan pagi. Di meja makan hanya ada aku dan bang Ichal serta beberapa potong roti karena mama dan papa sedang ada tugas keluar kota selama satu minggu. “Loh? Dek? Kok bisa? Bukannya Ozzi masuk jadi salah satu tersangka admirer-mu itu?” bang Ichal kebingungan. “Ngga bang. Icha ga yakin banget kalo Ozzi yang ngirimin surat-surat gituan. Lagian juga Ozzi itu anak Sains bang. Duabelas lagi. Mana mau lah mikirin masalah-masalah gitu” ucapku pada bang Ichal, padahal dalam hati aku telah yakin Ozzi lah pengagum ku itu.

Bunyi klakson terdengar dari depan rumahku. “Pasti Ozzi” ucapku. Aku menghabiskan susu di atas meja, meraih tas-ku, dan kemudian pergi keluar rumah “Daahh abang J mmuuah” ujarku dari kejauhan.

“Hi, Zi” aku masuk ke dalam Swift Hitam dan tersenyum melihat ke arah Ozzi. “Thanks ya tebengannya” seru ku. “Enjoy aja Rey, aku juga sekalian lewat rumah kamu ini. Jadi sekalian aja mampir. Kasian kan sama abang kamu, Ichal, nganterin kamu mulu” canda Ozzi. Aku tersenyum dan kembali berkata dalam hati “Tuh kan. Darimana coba Ozzi bisa tau nama abang Ichal”.

© © © © ©
Di kelas, ternyata Dita telah sampai lebih dulu daripada aku. “Raishaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak Dita dengan suara khas cemprengnya membuat seluruh pandangan mata dikelas tertuju padanya. “Kalem Dit. Kenapa lo?” tanyaku. “Ih, gila, kak Ozzi kapten basket sekolahan, mantan ketua OSIS taun lalu, sekaligus cowo terpopuler di sekolahan. Kok bisa ngaterin seorang Raisha Junior ke sekolaaaahhhh?????” jerit Dita.

Aku tersenyum dan duduk di tempat duduk-ku. Dita pun duduk disampingku. “Mau aku ceritain ga? Yakin deh pasti kamu bakal envy setengah mati. Hahaha” ucapku sambil tertawa. “iya iya iya. Apaa?” desak Dita tak sabar. Ku ceritakan pada Dita bagaimana aku bisa bertemu dengan Ozzi dari awal, dan kejanggalan-kejanggalan yang ku temukan setiap ku bersamanya.

Dan Dita merespon ceritaku …… “Raishaaaaa…… aaaaaa,,, gimana bisa? Masa kak Ozzi sih? Aku juga mau dongggg. Envy banget sumpah” Dita histeris membuat anak X4 sekelas lagi-lagi melihat kami berdua dan bersamaan berkata “Sssssssssttttttt”.

Pada jam istirahat, aku dan Dita pergi ke kantin, kami melewati kelas duabelas Sains, melihat kak Ozzi sedang bermain gitar di depan kelasnya tersenyum kearah kami berdua. Aku dan Dita pun membalas tersenyum. Di kantin, aku dan Dita tertawa sambil bercerita-cerita berandai-andai jika saja memang benar kak Ozzi adalah pengagum seorang Raisha Richellia Mubarika.

Aku dan Dita kembali ke kelas ketika bell berbunyi. Di kelas aku melihat sebuah surat berwarna biru dengan motif love. Aku membuka surat itu dan membacanya. Kali ini surat yang ku terima kembali dengan bahasa-bahasa sastra. Tetapi kali ini aku membacanya dengan hati yang berbunga-bunga mengkhayalkan kak Ozzi yang mengirimkannya diam-diam ke kelasku.

“Kelas? Eh. Kelas?” gumanku dalam hati. Aha! “Hey, sepuluh empat, pada tau ga siapa yang narok surat ini di meja aku?” tanyaku kepada seisi kelas. “Ada liat kak Ozzi lewat sini ga kalo gitu?” lanjut Dita bertanya kepada seisi kelas. Dan seluruh siswa di kelas hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada beberapa orang memasang muka ‘bengong’ seperti tidak mengetahui apa-apa.

Aku diantarkan pulang kembali oleh Ozzi.

© © © © ©
Telah seminggu ternyata aku dekat dengan Ozzi dan dua minggu aku mendapatkan surat-surat puitis dari secret admirer-ku. Tidak hanya mengantar-jemput ku sekolah, Ozzi juga mengajakku makan malam diluar, dan jalan-jalan berdua dengannya.

Sampai pada hari ini (Sabtu) aku mendapatkan surat yang menyuruhku untuk pergi ke Café Aurora pada jam tujuh malam. Dan sms yang ku terima dari Ozzi dengan isi yang sama pula, yaitu menyuruhku untuk pergi ke Café Aurora pada jam tujuh pula.

Oktakku kembali berfikir, membuatku galau, “Jika benar Ozzi pengirim surat itu? Untuk apa Ozzi mengirimkan sms lagi padaku? Dan mengapa tempat dan waktu yang dituju oleh pengirim surat dan Ozzi adalah sama?” Hatiku bertanya-tanya.

© © © © ©
Aku sampai di Café Aurora dengan naik taxi tepat pukul 7 malam. Bang Ichal sempat bertanya kepadaku apakah aku mau diantarkan saja olehnya, dan nanti dia menjemputku lagi. Tapi dengan hormat aku menolak tawarannya dan memutuskan untuk pergi sendiri ke Café Aurora, karena aku tidak menceritakan kepada bang Ichal siapa yang akan kutemui di Café tersebut.

Aku masuk ke dalam Café, melihat Ozzi dengan kemeja hitam-nya dan seorang laki-laki lain yang memakai kaos dan kacamata dan yang ku tau ia adalah Aldy, anak kelas sebelas Bahasa tetangga Ozzi. Aku berfikir mungkin saja Ozzi minta ditemani oleh Aldy tetangganya untuk menemuiku.

Ozzi dan Aldy melihat ke arah-ku dan sontak mereka berdua berdiri dan tersenyum melihatku. Ozzi melambaikan tangannya menunjukkan bahwa aku diajak bergabung bersama mereka. Masih dengan muka datar tanpa ekspresi dan kebingungan yang bergejolak dalam batinku.

“Ini Aldy, Rey” Ozzi membuka pembicaraan. “Aldy” kata Aldy menyodorkan tangannya padaku. “Raisha” kataku menyambut tangannya. Aku, Ozzi, dan Aldy pun duduk di meja yang sama. Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi. Aku bingung sampai akhirnya Aldy membuka pembicaraan dengan mengucapkan tiga kata yang membuatku terkejut. “Raisha Richellia Mubarika” ujarnya. Aku kaget memegang mulutku dan melihat ke arah Ozzi dan Aldy secara bergantian. “I’m Your Secret Admirer” lanjut Aldy setelahnya. Aku masih dalam keadaan shocked, aku bingung, marah, malu, kecewa, semua menjadi satu.

Aku tidak percaya dan kemudian Ozzi mejelaskan padaku bahwa Ozzi hanya dimintakan tolong pada tetangganya, Aldy, untuk mendekati seorang Raisha Mubarika yang telah dibuatnya GR setengah mati, karena Aldy malu untuk mengakuinya. Semua informasi tentangku pun Ozzi ketahui dari Aldy.

Baru aku ketahui, menurut penjelasan Ozzi, ternyata selama ini ternyata diam-diam Aldy selalu memperhatikanku. Ketika pertama kali Ozzi melihat ke kelasku, ternyata Aldy memperhatikan Ozzi dari kejauhan, itu Aldy yang meminta tolong kepada Ozzi apakah aku melihat suratku atau membuangnya. Ketika aku menunggu bang Ichal menjemput, ternyata Aldy pun juga berada di parkiran meminta Ozzi untuk mengantarkanku pulang. Ketika aku berada di kantin, Aldy pun selalu memerhatikanku.

Spontan aku terkejut mendengar semua pembeberan dari Ozzi. Aldy hanya menunduk ntah apa yang ia maksudkan. Aku malu, batinku menjerit, ingin rasanya aku menangis tapi semata-mata kucoba kutahan didepan Ozzi.

Aku tertawa. Ozzi dan Aldy melihat ke arahku bingung. Aku tertawa ketika hatiku sedang menangis menahan rasa malu. Apa yang akan aku katakan kepada Dita nantinya?? Aku malu. Aku udah percaya diri banget bilang ke Dita kalo Ozzi itu pengagum-ku. Aku-pun berkata “Oke. Thanks ya pengakuan dari kamu, Dy. Makasih juga Zi, kamu udah mau ngorbanin diri kamu sendiri buat Aldy”. “Hahahaha. Kalo aku mah santai aja Rey, apapun lah demi tetangga merangkap sahabat dan junior satu ini, Aldy” Ozzi berkata dengan santainya.

Hatiku seakan tersambar petir mendengar pengakuan dari Ozzi yang mengatakan “APAPUN LAH DEMI ALDY”. Ternyata semua itu bukan karena aku? Ozzi mendekatiku selama ini hanya karena Aldy? Jadi Aku? Aku yang sudah GR dari awal dibuatnya. Maluu! Aku masih tetap membendung air mataku agar tidak pecah. Jujur, “gue sayang sama lo, Zi” ucapku dalam hati.

“Oke. Thanks berat sob. Aku pulang dulu ya” kataku pada Aldy dan Ozzi. “Loh? Cepet banget Rey? Ga makan dulu?” Tanya Ozzi. “Ngga Zi, udah makan tadi sebelum kesini” jawabku sambil membelakangi mereka dengan menahan malu yang bercampur tangis.

Aku keluar dari Café Aurora dengan hati yang bercampur aduk. Hujan pun turun menemani keperihan dalam batinku di malam minggu ini. Orang-orang disekitar Café berlari kesana-kemari mencari tempat berteduh sedangkan aku tetap berjalan di tengah hujan malam hari.

© © © © ©
Di Café Aurora … Setelah kepergian Raisha …

“Thanks Dy” kata Ozzi dengan wajah yang memaksanya untuk tersenyum. “Oke Zi, sama-sama sob!” kata Aldy dengan tersenyum santai. Ozzi hanya merespon dengan senyum yang masih dipaksakan, dan berbicara dalam hatinya.

“Zi, kamu ga pa-pa?” Tanya Aldy didepan Ozzi. Ozzi hanya mengangguk, mengaduk mocca yang dipesannya dan berbicara dalam hatinya.

“Maaf Rey, Maafin aku Raisha Richellia Mubarika. Ya, aku Ozzi Pratama, mantan ketua OSIS juga kapten basket sekolah, yang bermental siput dan berhatikan merah jambu. Ozzi yang rela mengumpulkan buku sastra dan mengirimkan surat setiap hari ke kelas XA. Ozzi yang rela mencari-cari informasi kemanapun dan ke siapapun tentang Raisha Richellia Mubarika. Tetapi di akhir, dengan bodoh dan dengan jiwa pengecutnya, sang kapten basket SMA 4 tidak berani untuk mengungkapkan bahwa ialah secret admirer sebenarnya. Dan memutuskan sahabatku, Aldy, untuk mengakhiri semuanya”. “BODOH!!!!!!!!” jerit Ozzi dalam hati.

Mata Ozzi berkaca-kaca. Ia masih tertunduk melamun mengaduk mocca sedari tadi, sampai disadarkan oleh Aldy.

“Dy, kita pulang aja yuk” ajak Ozzi. Aldy mengangguk mantap.

Ozzi beranjak dari tempat duduk, pergi meninggalkan Café Aurora yang pada malam ini telah meninggalkan kenangan yang sangat menyiksa batin dan membohongi perasaannya.

© © © © ©
Sesampainya dirumah …

Dalam keadaan yang basah kuyup, suasana hati yag bercampur aduk, dan muka yang sembab, kuceritakan semua kejadian malam ini dengan bang Ichal dan Dita. Ku ceritakan bahwa tadi Ozzi membeberkan siapa admirer-ku yang sebenarnya. Aku kecewa dengan Ozzi.

Tangisku pecah di tengah pelukan abang dan sahabatku ini. Aku menceritakan semuanya dengan emosi bercampur rasa kecewa, malu, sedih, kesal, bingung, semua menjadi satu.

Aku malu dengan Dita dan bang Ichal. Aku malu dengan diriku sendiri !!!!!

© © © © ©
Beberapa bulan setelah UN dilaksanakan …

Bang Ichal, abangku satu-satunya tempatku mengadu, memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Aussie. Aku telah berhasil melupakan semua kisah surat dan pengagum rahasia pengacau hidupku itu. Terakhir yang aku tau, Ozzi melanjutkan kuliahnya di Univ. Malay.

Sampai akhirnya, pada suatu hari, aku dan Dita naik ke kelas sebelas jurusan Sains yang sama dan kembali sekelas dengan Dita. Di hari pertama menjadi siswa kelas sebelas, aku baru mengetahui bahwa memang Ozzi-lah pengagum rahasiaku sebenarnya setelah mendengar semua pembeberan dari Aldy yang sekarang di kelas duabelas.

Ozzi hanya tidak ingin mengakuinya. Ia takut jika semakin dekat hubungan antara Ozzi dan Raisha, semakin susah untuk Ozzi melupakan dan meninggalkan Raisha, sementara pada waktu itu Ozzi adalah siswa kelas duabelas yang akan melanjutkan ke Universitas di luar Indonesia. Jadi ia lebih memilih untuk memendam perasaan yang dirasakan sebenarnya.

Aku tertunduk mendengar pengakuan dari Aldy, air mata yang telah kubendung sepanjang penjelasan Aldy tadi sekarang pecah. Dua kali. Yak, tepat. Dua kali seoang Raisha menangis karena seorang secret admirer-nya.

“jadi.. jadi…… sebenarnya… My Secret Admirer?? Kataku terbata-bata.

Aldy mengakhiri semuanya kembali dengan mengangguk mantap!

© THE END ©
Cerita ini terbagi menjadi 31 cerita yang merupakan karya tangan anak-anak kelas XA SMAN 1 Pemali. Cerita ini saya buat untuk mengenang masa-masa indah bersama teman-teman di sekolah. Mudah-mudahan nanti akan saya publikasikan juga Cerpen karya anak-anak XB.


Tetap bersama baygag karena blog ini akan terus di update  :)

Temukan 31 Seri cerita lengkapnya!!! klik di sini

Site search

Free Backlinks